Shinobi atau lebih lengkapnya Shinobi no mono (lebih dikenal dengan
ninja) terbentuk dari dua kata yaitu shinobi/nin (忍) = tersembunyi; dan
mono/sha(者)= orang, selain itu juga bisa diartikan sebagai nama yang
diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri
ninjutsu. Nin artinya penyusupan dan jutsu adalah seni atau cara. Tidak
seperti seorang samurai yang mematuhi kode etik Bushido yang terikat
dengan nama baik keluarga dan kehormatan, seorang shinobi no mono
mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut ninpo yang
merupakan falsafah tertinggi dari ilmu beladiri ninjutsu yang menjadi
dasar kehidupan seorang shinobi no mono yang kurang lebih mengandung
prinsip untuk meraih hasil maksimal dengan tenaga minimum melalui
muslihat dan taktik daripada konfrontasi langsung sehingga mereka
diperkenankan untuk melakukan segala hal apapun yang diperlukan untuk
mengatasi suatu masalah.
Ninjutsu dan ninpo tak dapat dipisahkan
satu sama lain sama layaknya dengan tubuh dan jiwa. Dimana hal itu pun
berlaku dalam bujutsu dan bushido yang dianut oleh para samurai. Gerakan
beladiri ninjutsu hanya tendangan, lemparan, patahan, dan serangan.
Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti bantingan,
berputar dan teknik bantu seperti meloloskan diri, mengendap, dan teknik
khusus lainnya. Namun, dalam prakteknya seorang shinobi no mono akan
berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kontak langsung dengan
lawannya, oleh karena itu berbagai alat lempar, lontar, tembak, dan
penyamaran lebih sering digunakan. Berbeda dengan seni beladiri lain,
ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan lawan, dan
menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi
keluarga ninja mereka. Apa yang dilakukan shinobi no mono memang sulit
dimengerti. Pada satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi
lain shinobi no mono harus mengutamakan kecerdikan saat menggunakan
jurus untuk menghadapi lawan. Di sisi lain ninpo memberi petunjuk bahwa
salah satu tujuan ninjutsu adalah mengaktifkan indra keenam mereka.
paduan intuisi dan kekuatan fisik pada jangka waktu yang lama
memungkinkan para shinobi no mono untuk mengaktifkan indra keenamnya.
Sehingga dapat mengenal orang lain dengan baik dan mengerti berbagai
persoalan dalam berbagai disiplin ilmu.
Di dalam ninpo terdapat
teknik beladiri tangan kosong (taijutsu), teknik pedang (kenjutsu),
teknik bahan peledak dan senjata api (kajutsu), teknik hipnotis
(saiminjutsu), dan teknik ilusi(genjutsu). Pada aliran Togakure Ryu
dikenal adanya latihan olah energi yang disebut Kuji Kiri. Prinsipnya
adalah penggabungan antara kekuatan fisik dan mental. Penyaluran energi
yang tepat dari tenaga kuji kiri dapat bersifat menghancurkan, namun di
sisi lain jika digunakan untuk olah pikir dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang pelik.
Ninjutsu akan sia-sia jika
shinobi no mono tidak memiliki mental dan spiritual yang kuat. Untuk itu
shinobi no mono harus menguasai Kuji-in, yaitu kekuatan spiritual dan
mental berdasarkan simbol yang terdapat di telapak tangan yang dipercaya
menjadi saluran energi. Simbol di tangan di ambil dari praktek pada
massa awal penyebaran agama Buddha. Kuji-in digunakan untuk membangun
kepercayaan diri dan kekuatan seorang ninja. Kuji-in mampu meningkatkan
kepekaan terhadap keadaan bahaya dan mendeteksi adanya kematian.
Dari
81 simbol yang ada, hanya 9 yang utama, yaitu rin(memberi kekuatan
tubuh), hei (memberi kekuatan menyamarkan kehadiran seseorang), Toh
(menyeimbangkan bagian padat dan cair pada tubuh), sha (kemampuan
menyembuhkan), kai(memberi kontrol menyeluruh terhadap fungsi tubuh),
jin(meningkatkan kekuatan telepati), retsu (memberi kekuatan
telekinetik), zai (meningkatkan keselarasan terhadap alam), dan zen
(memberi pencerahan pikiran dan pemahaman). Seorang ninja akan menjadi
master sejati dengan menguasai simbol-simbol ini.
Untuk dapat
menguasai ninjutsu dan ninpo, seorang shinobi no mono memulai latihannya
semenjak mereka berusia masih sangat muda. dimana masing-masing fase
latihan akan disesuaikan dengan perkembangan usia mereka yang mencakup
tahapan-tahapan sebagai berikut:
Pada umur 5-6 tahun mereka
diperkenalkan dengan permainan ketangkasan dan keseimbangan tubuh.
Anak-anak disuruh berjalan di atas papan titian yang sangat keci,
mendaki papan yang terjal, dan melompati semak-semak yang berduri. Pada
umur 9 tahun mereka dilatih untuk kelenturan otot. Anak-anak berlatih
berguling dan meloncat. Setelah itu anak-anak diajarkan teknik memukul
dan menendang pada target jerami yang di ikat. Setelah itu pelatihan
meningkat ke seni bela diri tanpa senjata dan setelahnya dasar-dasar
menggunakan pedang dan tongkat.
Pada masa remaja mereka diajari cara
menggunakan senjata khusus. Melempar pisau, penyembunyian senjata,
teknik tali, berenang, taktik bawah air, dan teknik menggunakan alam
untuk mendapat informasi atau untuk menyembunyikan diri. Waktu mereka
dihabiskan dalam ruang tertutup atau bergelantungan di pohon untuk
membangun kesabaran, daya tahan, dan stamina. Terdapat pula latihan
gerak tanpa suara dan lari jarak jauh. Mereka juga diajarkan teknik
melompat dari pohon ke pohon atau atap ke atap.
Pada masa akhir
remaja, mereka belajar menjadi aktor dan psikologi melalui tingkah laku
mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai mengerti cara
bekerja jiwa manusia, menggunakan kelemahan orang lain untuk keuntungan
mereka. Mereka juga belajar membuat obat-obatan, mendapatkan jalan
masuk rahasia ke dalam sebuah bangunan, cara memanjat dinding, melewati
atap, mencuri di bawah rantai, mengikat musuh, cara kabur, dan
menggambar peta, rute, petunjuk jalan, serta wajah.
Dalam tulisan
kali ini saya tidak akan membahas mengenai sejarah shinobi no mono,
karena bagian ini merupakan suatu hal yang sangat sulit dilacak. Info
mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam dokumen-dokumen
rahasia, namun dari berbagai literatur yang ada dapat diketahui bahwa
shinobi no mono merupakan mata-mata profesional di zaman ketika para
samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan Jepang pada
abad ke-12. Pada abad ke-14 pertarungan memperebutkan kekuasaan semakin
memanas, informasi tentang aktivitas dan kekuatan lawan menjadi penting,
dan para ninja pun semakin aktif. Para shinobi no mono dipanggil oleh
daimyo untuk mengumpulkan informasi, merusak dan menghancurkan gudang
persenjataan ataupun gudang makanan, serta untuk memimpin pasukan
penyerbuan di malam hari. Karena itu shinobi no mono memperoleh latiham
khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo (1600-1868), dimana akhirnya
kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
Walaupun
terdapat banyak keluarga shinobi no mono di Jepang, baru sekitar tahun
enam puluhan keluarga shinobi no mono baru dapat di dekati oleh orang
luar. Pada tahun 1960 televisi Jepang menayangkan laporan dokumentasi
dan sejarah ninja. Setelah itu salah satu aliran yang dapat membuka diri
dan memperkenalkan ninja ke dunia luar adalah aliran togakure-ryu
dengan pewaris dari generasi ke 34, Masaaki Hatsumi,.yang profesi
sehari-harinya adalah seorang tabib ahli penyembuhan dan pengobatan
tulang. Pada tahun 1978 ninjutsu berhasil di publikasikan dan diajarkan
ke Amerika oleh Stephen K. Hayes. Sejak saat itu ninjutsu menjadi cabang
beladiri yang paling banyak diminati.
Saat ini, ninjutsu sudah
cukup banyak perubahan dalam prakteknya. Prinsip-prinsip yang digunakan
dalam penyusupan dan spionase dalam ninjutsu saat ini lebih banyak
digunakan dalam strategi militer dan strategi perang, sedangkan ninjutsu
yang saat ini banyak dipelajari oleh orang banyak lebih menekankan pada
aspek beladirinya yang bersifat praktis dan efektif serta efisien,
sehingga tak aneh jika gerakan-gerakan dalam ninjutsu tak memiliki aspek
keindahan jurus sama sekali bahkan tampak cukup sadis seperti boleh
menggigit, menghantam dengan lutut maupun dengan siku serta mematahkan
sendi lawan, bahkan bila perlu lawan diciderai semaksimal mungkin agar
dirinya selamat, selain itu ninjutsu juga tak memiliki batasan dalam
penggunaan senjata, sehingga shinobi no mono dipersilahkan untuk
mengoptimalkan barang-barang yang ada di sekitarnya sebagai senjata
untuk melumpuhkan lawan, hal ini disebabkan karena memang awalnya
ninjutsu diciptakan agar seorang shinobi no mono ketika sudah dalam
keadaan darurat untuk menghadapi situasi pertarungan, dirinya harus
sesegera mungkin menyelesaikannya dalam waktu yang singkat agar dapat
menyelematkan dirinya serta informasi rahasia yang berhasil ia dapatkan.
Jadi adanya anggapan yang menganggap bahwa ninjutsu untuk membunuh
lawan tidak sepenuhnya benar juga, karena harus melihat situasi dan
kondisi yang dialami oleh seorang shinobi no mono.
Saat ini pun
gerakan-gerakan ninjutsu pun dapat dinikmati melalui fasilitas youtube
di internet serta melalui buku-buku yang membahas mengenai ninjutsu yang
saat ini mulai banyak beredar meskipun masih banyak dalam versi bahasa
Inggris. Meskipun ninjutsu memiliki banyak sekali variasi-variasi
gerakan, namun kesemuanya memiliki prinsip yang sama yaitu kesederhanaan
gerakan, kecepatan dalam melakukan tindakan serta tidak menghabiskan
banyak waktu serta tenaga dalam mengeksekusi suatu gerakan, yang uniknya
adalah tidak ada batasan dalam melakukan tindakan beladiri apapun,
bahkan melarikan diri pun dapat dianggap sebagai suatu bentuk tindakan
beladiri jika ia menganggap lawan terlalu tangguh, karena prinsipnya
adalah survival. Ninjutsu juga dapat digunakan oleh kaum hawa tanpa
harus takut tubuhnya menjadi seperti kaum adam, karena fokus ninjutsu
lebih kepada fleksibilitas seperti pada tai chi dan aikido bukan pada
kekuatan otot semata layaknya beladiri lain pada umumnya, serta karena
diperkenankannya berbagai alat digunakan sebagai senjata, maka peralatan
kosmetik yang dibawa oleh kaum hawa pun dapat digunakan sebagai alat
beladiri tanpa harus membuang tenaga terlalu banyak untuk mengalahkan
lawan.
Bagi yang tertarik dengan ninjutsu, saat ini sudah cukup
banyak dojo ninjutsu yang dibuka untuk umum...tinggal searching di
internet maka akan ditemui beberapa alamat pengelola dojo tersebut.
Demikian
informasi ini semoga bermanfaat bagi para pembaca, mohon maaf apabila
ada kesalahan maupun ada hal-hal yang tak berkenan
0 komentar:
Posting Komentar